Tuesday, April 10, 2012
Tuesday, March 13, 2012
new chapter in University of life...Ke jakarta Aku kan Kembali
Kasi Trantib Kel. Singki'. Tahun 2012 ini akhirnya ada kesempatan untuk pindah lagi ke Jakarta , misi utamanya biar dekat sama istri terkasih :) , ditugaskan di Kantor Penghubung Pemkab Toraja Utara di Jakarta. Tugas pertama kemarin memfasilitasi Pejabat yang tugas ke Jakarta, diantar ke Kementrian PDT, Kementrian Kesehatan dan sebagaimana lazimnya tugas ke Jakarta belanja di mall wkwkwkw....so that's university of life...flow like a water, just enjoy our life...
Thursday, May 29, 2008
Ibu Mega buka Rahasia di Pelataran Art Center Rantepao
Kunjungan Ibu Mega kali yang kedua ini ke Tana Toraja ditandai dengan terpasangnya Spanduk sejak 2 hari terakhir sepanjang jalan dari Bandar Udara Pongtiku menuju Rantepao yang mengucapkan” Selamat Datang Ibu Megawati Sukarnoputri di Tana Toraja” dari DPC PDI, Fraksi PDI, Keluarga Besar Pongtiku ( Pongtiku diberi gelar Pahlawan Nasional pada pemeritahan Mega), GMKI, BMI, PP PPGT, Mayarakat Toraja dll.
Mulai dari subuh Kemarin Tanggal 28 Mei 2008 Tana Toraja diguyur hujan sampai pagi hari dan mendung terus bergelayut menimbulkan tanda tanya apakah pesawat Ibu Mega bisa mendarat di Rantetayo? Namun penantian masyarakat banyak sejak pukul 09.00 pagi akhirnya terjawab setelah sekitar pukul 12.15 iring-iringan Rombongan yang didahului motor, mobil patroli jalan Raya kemudian mobil dinas Bupati Mitsubishi Pajero plat DD 307 BS yang digunakan Ibu Mega tiba di Pelataran Art Center ( Pasar Lama) Rantepao.
Ketua Umum DPP PDI perjuangan ini datang di damping Theo Syafei dan Ketua DPD PDI Perjuangan Sulsel HZB Palaguna disambut dengan tari Pa’randing dan disuguhi tari Dao Bulan sebagai ucapan Selamat datang, acara yang dikemas sebagai Silaturahmi ini didahului dengan Ma’parapa’ ( Pembukaan) dengan bahasa sastra tinggi toraja memakan waktu cukup lama dan mungkin hanya dimengerti segelintir yang hadir , dan kemudian diterjemahkan singkat, dijelaskan juga disini bahwa pada Pemerintahan Ibu Mega STT Rantepao diubah mendadi STAKEN ( Sekolah Tinggi Agama Kristen).
Sambutan dari Pemda dibawakan Sekda Bpk Y.S Dalipang oleh karena Bapak Bupati hanya menjemput di Rantetayo dan mempunyai acara lain yakni Rakerda Golkar di Hotel Marannu Makale, mengucapkan Selamat Datang dan menjelaskan Tana Toraja baik Demografis maupun secara umum.
Ibu Mega yang mengenakan kemeja lengan panjang warna coklat muda bercorak , seperti biasa berpidato tanpa teks jauh dari kesan formal mengawali dengan megucapkan terimakasih karena Beliau di Tana Toraja pada Pilpres langsung pertama meraih 61 % suara dan Pilpres kedua tahun 2004 69 %.
Calon Presiden PDIP yang mengaku sering membaca buku dan menonton film tentang Toraja kemudian membuka Rahasia bahwa ia sering diundang datang ke Tana Toraja tapi karena takut menyaksian pemotongan kerbau / ma’tinggoro tedong secara langsung yang sering memuncratkan darah segar , maka baru kali ini lagi bisa hadir. Di tengah pidato beliau menunjuk ke Museum yang sementara dibangun yang berbentuk rumah toraja , Bu Mega dengan heran plus penasaran bertanya kenapa atap tongkonan gentengnya kelihatan rapi, kokoh dan tidak jatuh , lalu menanyakan kepada MC direkatkan pakai apa? Apakah lem atau paku dan bagaimana caranya?
Pertanyaan pertama yang disampaikan setelah turun dari pesawat kepada Bapak Bupati yaitu mengkonfirmasi apakah benar waktu pertama kali datang udara Toraja masih dingin dan kali yang kedua ini sudah mulai panas olehnya beliau berpesan untuk benar-benar menjaga lingkungan Hidup di Tana Toraja sehubungan dengan pemanasan Global . Bu Mega juga dari pesawat memperhatikan kalau alam Tana Toraja memang sungguh indah dan masih sangat potensial untuk dikembangkan pariwisatanya .
Beliau juga berpesan untuk menjaga budaya seperti cara memasang atap tongkonan tadi dan melestarikan tarian , Ibu mengomentari kalo tarian penyambutan tadi mirip dengan tarian penyambutan waktu ia ke Filiphina jadi dia berfikir mungkin masih ada hubungan budaya. Di luar Negri Ibu Mega sering ditanya mengenai Parawisata Tana Toraja bahkan masih banyak yang mempunyai kesan kalo masih primitive , padahal kata Ibu Mega tidak seperti itu , bahkan beberapakali beliau terpaksa berbohong untuk mempromosikan Tana Toraja.
Hal-hal kecil tidak luput dari perhatiannya yaitu sepanjang jalan dari Bandar Udara Pongtiku ke Rantepao beliau banyak melihat Ubi Jalar ( Sayur Babi) dan menanyakan apa bahasa torajanya ubi jalar yang disahuti masyarakat Utan Bai, diteruskan dengan kursus singkat bahasa toraja Ibu Mega kepada MC, dan Bu Mega menyampaikan bahasa Toraja itu susah tetapi harus tetap bangga dan mempertahankan bahasa Daerah karena merupakan ciri Khas suatu daerah, Dijelaskan arti singkong= dua’ kayu, talas= samonggo, sukun= ba’ka , Ibu berharap supaya tanaman –tanaman ini juga dikembangkan selain Padi karena melihat Tana Toraja yang subur.
Diakhir pidatonya Ibu Mega menyatakan dia datang kali ini bukan yang pertama dan bukan yang terakhir karena melihat masih banyak potensi seperti tanah yang subur dan pariwisata yang perlu dipromosikan dengan baik , dan salah satu kendalanya adalah transportasi.
Silaturahmi singkat ini ( kurang lebih satu jam) ditutup dengan doa syukur oleh Sekum BPS Gereja Toraja Pdt musa Salusu, MTh yang terlebih dahulu meminta izin Mega : “ saya mengetahui Bu Mega dan Pak Palaguna beragama Islam tapi juga mempunyai Nasionalisme yang tinggi, sehingga Ijinkanlah kami mendoakan Ibu “ Kemudian Bu Mega tunduk, lipat tangan , tutup mata , dan didoakan semoga Tuhan menjaga dan memberikan yang terbaik Amin.
Rombongan kemudian kembali ke Rantetayo dan menuruskan silaturahmi ke Palopo. Tulisan ini bukan berdasarkan laporan pandangan mata ( tidak sempat hadir) J tapi tulisan dibuat setelah menonton liputan dari TV Lokal Toraja : Rantepao Kabelvison yang disiarkan di 7 Kecamatan di sekitar Rantepao dan juga disiarkan di TV kabel di Makale .
P.s :
Saat ini ada beberapa teman prihatin dengan anak sekolah dan masyarakat Toraja yang masih sangat rendah budaya membacanya salah satu sebabnya karena tidak ada bahan bacaan , sehingga di luncurkanlah Program Toraja Membaca, kalo ada anggota milis yang peduli dan mau membantu secara ” kongkrit” buku-buku atau majalah bekas / baru berapapun jumlahnya akan sangat berguna , bisa dikirimkan langsung untuk disalurkan. Terimakasih-
“ Banua ri na sikalangka’ , tondok ri na si kambela apa ya tu pena si kala’ rambu roya”
Yang arti bebasnya semoga milis jangan hanya sebatas ide/debat saja, tapi juga ada satu atau setengah langkah kecil saja untuk toraya, Ya mo ke…
Yaya’ Rundupadang
Saturday, January 12, 2008
Pdt Damanik, Selvin n Moko KPI di Rantepao Tana Toraja
Di Gereja Rantepao Sabtu pagi sehari sebelum KPI sudah dipadati umat, sorenya sudah mulai memuji Tuhan dengan lagu-lagu Oiukumene dan Kidung2 Rohani yang banyak dilagukan di Meko padahal KPI baru akan dimulai besoknya, dikabarkan malam itu sudah ada umat yang sembuh dari penyakit fisik. Hari itu juga semua hotel-hotel dan penginapan di Makale dan Rantepao yang sudah lama sepi menjadi full booked. Bus-bus dari Makassar juga penuh sampai hari Minggu.
Sekitar Jam 8 malam tim KKR dari Tentena memasuki kota Rantepao setelah melihat ribuan umat yang memuji Tuhan Pdt Damanik turun dari mobil menyapa umat dan memberitakan Puji Tuhan si “ Dokter Kecil” Selvin , Pengkhotbah cilik Moko besok akan tampil di ibadah pembukaan. Setelah kembali dari Rumah Jabatan Bupati Mobil yang ditumpangi Selvin seorang anak kecil yang dikaruniai Tuhan Talenta untuk menyembuhkan malam itu keliling kota Rantepao bahkan diikuti oleh beberapa orang, dan memilih menginap di rumah temannya di salah satu sudut kota Rantepao.
Minggu pagi 24 Juni 2007 Ibadah Hari Minggu Jam 9 dipimpin Pdt Damanik di panggung yang langsung diikuti puluhan ribu umat dan juga siaran live ke rumah-rumah via cable TV .Semakin siang Lokasi semakin dipadati umat parkiran sudah sampai hotel missiliana dari pusat kota , KKR sebelumnya hanya diikuti masyarakat Toraja yang kemarin diikuti umat dari Luwu’ , Makassar, dan Kabupaten2 lain di Sul-sel , Sulawesi Barat, Jakarta, Batam, Surabaya, Kalimantan dari semua kampung di Toraja seperti Mappa’ BuaKayu, Baruppu, Kurra dll dari semua etnis, denominasi gereja, golongan masyarakat berkumpul memuji, memuliakan dan membesarkan nama Tuhan saja. Diperkirakan yang hadir Lebih dari 100.000 umat.
Rombongan Selvin jam 2 siang dengan susah payah masuk ke Gereja walaupun sudah dipagar betis aparat dan panitia, Moko siang itu tampil dengan penuh percaya diri selain menghapal ayat Firman Tuhan juga memberikan ilustrasi kepada bapak-bapak coba dibayangkan bagaimana rasanya kalau yang ada dibumi ini semuanya laki-laki? Jawab Moko “ pasti akan merana” atau semua warna adalah warna hitam yang ada cuma hantu, Tema Khotbahnya “Memahami Arti Perbedaan”, sementara berkhotbah Moko mengajak menyanyikan lagu “ Tidak Pandang dari Greja Mana, “ serta lagu yang sesuai khotbahnya Pembacaaannya diambil dari 1 Kor 1 10- 17, I Kor 3 : 1-9, Maleakhi 3 : 1, Luk 19 41-42 menekankan 3 point :
1.Pertumbuhan Iman agar semua menjadi satu
2.Damai dengan Sesama
3.Jangan mempersoalkan perbedaan, seperti Perbedaan Baptisan, cara menyanyi/tepuk tangan, berdoa.
Ia juga menasihati Para Pemimpin umat/ Pendeta termasuk Moko untuk Seia sekata sehati sepikir dalam Kasih Tuhan.
Selvin siang itu mengenakan kaos hitam celana panjang jeans berkalung Salib, bando warna hitam, sepatu putih dengan wajah yang riang tanpa beban selalu tersenyum manis terus menyanyi mengikuti Pujian dan terlihat sesekali berdoa, Ia juga dipersilahkahkan berdiri melambaikan tangan dan memimpin doa Bapa kami bertiga dengan Moko dan Pdt Pdt Boba ( Panggilan akrab Pdt Damanik oleh Moko yang artinya Pdt Botak) Selvin mengatakan bahwa ia ke Toraja untuk beribadah, Ia baru pertama kali tampil di KPI dihadapan begitu banyak umat dan live via Cable TV. Walaupun hujan sempat turun tapi tidak menyurutkan antusiasme umat terus memuji Tuhan Yesus,
Malamnya Pdt Damanik kembali memimpin pujian dan bersaksi mengobati kerinduan umat yang begitu rindu menyegarkan imannya dan ingin dipulihkan. Beliau juga mengajak Ibu Filma dari GBI untuk bersaksi tentang kesatuan Gereja. Ribuan umat tidak bergerak dari tempatnya walau hujan bahkan tambah semangat mengangkat tangan dan bertepuk tangan karena Pdt Damanik juga basah kuyup berdiri didepan panggung memimpin Pujian “Soraklah Haleluya “, “ Syalom- Syalom” dll bertepuk tangan sambil melompat-lompat sampai pkl 23.30.Dan umat yang jauh dari pelosok dan yang sakit menginap kembali di Gedung Gereja, Gedung Pemuda, pelataran Kantor Sinode sampai tenda-tenda
Malam itu Doa dipimpin Ibu Pdt Dr Ery Hutabarat Lebang dan ditutup berkat oleh Bpk Pdt Daud Sangka’ Palisungan dan diamini lagu “ Aku Memuji KebesaranMU” Memang Tuhan sungguh besar mengatur sendiri acaraNya yang walaupun umat berdesekan, jalan-jalan macet sampai malam secara keseluruhan KPI benar-benar menyatakan pekerjaan Roh Kudus sehingga semuanya berjalan aman dan damai.
Pagi tgl 25 Juni 2007 di Makale Juga Karnaval anak yang berjalan sangat rapi anak2 membawa kertas2 yang menggambarkan iman mereka seperti ”KasihNya mengalir seperti sungai” Karnaval juga diikuti Moko dan sempat berkhotbah di sekitar kolam dari atas mobil pickup dihadapan anak sekolah minggu dan remaja.
Sementara KPI di terminal Makale diikuti juga puluhan ribu umat yang oleh Kuasa Tuhan memberikan cuaca cerah, siang hari sudah banyak Mujizat yang dinyatakan Tuhan Yesus melalui kesembuhan umat yang stroke, lumpuh, dll. Sekitar pkl 3.30 Tim KPI dari Tentena masuk ke terminal, Selvin diperkenalkan sambil melambaikan tangan, dan juga sempat mengatakan“ saya kelas 3 SD, Syalom “, sedangkan Moko memperkenalkan nama lengkapnya Adlan = Aman dalam lindungan Tuhan dari salah satu ayat di Mazmur( sy lupa ayatnya), Christoper= Kristus tempat perlindungan khususnya waktu dalam pengungsian!, kemudian disambung status saya ” bujangan“ yang disambut tawa umat .
Sementara Pdt Damanik memimpin Pujian , Selvin berbisik untuk mengingatkan umat bertobat,ia juga terus berdoa, setelah Moko berkhotbah Puji-Pujian seperti Mampirlah dengar Doaku, Bilur-Bilurnya, Maranatha, Allah Kuasa semakin dikumandangan dengan sungguh kepada Tuhan Yesus dengan sepenuh iman, memohon ampun atas kesalahan2 dan Puji Tuhan di Terminal , di aula Pertanian yang lumpuh, yang stroke, yang kaku disembuhkan Tuhan Yesus , KPI berlangsung sampai jam 10 malam. Agenda Pekan Spiritual selanjutnya hari ini mulai Pengobatan ke Desa-desa, Pembagian kitab Suci, KPI , Pelatihan Baca Gali Alkitab, pengembangan karakter Pemuda & Wirausaha, RetRet Pasutri, Konser White Dove, Semoga Hanya Tuhan Yang dimuliakan dan Iman spiritual semakin dibarui seperti Temanya : ” Menikmati Kasih Allah yang Membarui”
Penampakan Salib di Gereja Katolik Tikala
Mau berbagi info saja sedikit kalo di kampung kita Toraja saat ini ada lagi fenomena Salib yang muncul berbetuk bayangan2 warna putih bersinar dan muncul secara sporadis di sekeliling Salib kayu warna coklat yang berukuran kurang lebih 60 cm x 30 cm ini, biasanya salib putih itu muncul berlapis yang saya lihat sendiri kalo benar-benar konsentrasi dan berdoa sebelumnya. Ada juga orang yang melihat Bunda Maria, Alkitab di dekat salib itu dan banyak kesaksian juga yang melihat dari Salib itu dilingkari sinar merah keemasan beberapa detik, sampai banyak pengunjung yang berteriak ketika melihat lagi penampakan ini dan menunjuk2 serta minta2 ampun sambil memuji Tuhan.
Hal ini mulai Muncul setelah Ibadah hari Minggu kemarin tetapi hanya beberapa yang melihat, tetapi hari ini dari siang sudah mulai banyak yang menyaksikan, bahkan ada 5 orang anak kecil yang tadi sore sekitar jam 5 yang melihat sangat Jelas.
Lokasinya di Gereja Katolik Tikala Pa’uluasu diatasnya Puskemas. Saya kesana sore tadi sekitar jam 6 Sore dan sudah penuh sesak orang di Gereja yang nonstop melagukan Pujian2 / Kidung Rohani dari Meko, saya sempat melihat Salib2 Putih Transparan itu muncul seperti bayangan di sekitar salib kayu Yang berwarna Coklat tapi sudah mulai kemerahan beberapa saat kalau Lampu dimatikan, Tetapi ada yang melihat lebih Jelas bahkan ada yang sempat foto salibnya separti ada apinya,
Seperti biasa ada pro kontra akan hal ini dan banyak juga yang datang tapi hanya melihat salib kayu saja.
Saat saya pulang jam 9 Malam Jalanan sudah Macet Total sama seperti waktu Toraja Mamali, sejauh 3 km dari Arah Lokasi di Paulu Asu persimpangan Seriale sampai ke Jln masuk Smu Barana’ , ini dikarenakan karena sudah ribuan orang yang kesana dan Memarkir Mobill/ Motor tidak teratur. Saya pulang Jalan kaki sampai Jalan ke Sma Barana’ kemudian naik Sitor ke Rantepao. Sampai saat saya menulis email ini rombongan saya masih di mobil yang terjebak macet.
Sudah banyak Pdt yang kesana seperti Pdt Abatros Palilu dan Majelis Gereja Toraja Jem Rantepao. Di Halaman Gereja begitu banyak orang yang saling menukar hasil foto via Blootooth, dan sepanjang jalan orang yang baru kesana dan yang pulang terus menyanyikan Lagu2 dari Meko. Apakah arti dari hal ini semua ? Ada yang bisa memberikan Pencerahan?
Kalo ada yang mau analisa fotonya nanti saya kirimkan format aslinya or ada yang forward ke Roy Suryo ?
Yaya’ Rundupadang
KKR di Tagari Rantepao
Di Toraja saat ini lagi pada semangat untuk memuji Tuhan lewat KKR2 atau sekedar bernynyi bersama memuji Tuhan melalui lagu2 seperti di Meko dan lagu2 oiukumene.
Hari Senin sore 11 Juni saya dapat sms dari kawan kalau di Tagari Rantepao ada anak SMA yang bisa menyembuhkan.
Sekitar jam 6 sore kami kesana lokasinya di daerah Tagari sekitar sekitar 1 km dari pusat kota Rantepao yang bisa dijangkau lewat Jembatan Tagari atau dari Malangngo’, Lokasi tepatnya sekitar 300 meter di depan SMEA (SMK) Negeri Rantepao. Sampai disana Polisi sudah mengatur lalu lintas dan tidak meingizinkan kendaraan sampai ke Lokasi, dari kejauhan sudah terdengar Pujian2 Penyembahan seperti di Meko.
Di Lokasi sudah terpasang 3 tenda kotak/ terowongan dan dipadati orang2 yang nonstop menyanyi.
Kejadian ini menurut informasi dimulai dari seorang anak perempuan siswi SMU 2 Rantepao bernama Wanda yang sepulang melihat Penampakan salib dari Gereja Katolik di Tikala sempat pingsan dan mendapat penglihatan untuk menyembuhkan dirinya yang sering sakit dan mendamaikan kedua orang tua serta menyembuhkan sesama.
Kemudian Hari Minggu malam 12 Juni ada beberapa tetangga yang sakit dan kemudian didoakan dalam nama Tuhan Yesus sambil terus menyanyikan lagu2 penyembahan Meko ada yang mengalami kesembuhan baik yang bisu , penyakit dalam dll
Hari Senin Malam itu diadakan kebaktian yang diikuti kurang lebih 1000 orang dipimpin salah seorang anggota keluarga karyawan Danamon bernama Erna Latief Bulo yang didahului Doa Bapa Kami dan pembacaannya dari 1 Kor 7 setelah renungan singkat kemudian diakhiri Doa Bapa Kami lagi.
Setelah kebaktian salah seorang anggota keluarga Papa’ Nita Sirompo memberi pengumuman kalau disini hanya Kebaktian Kebangunan Rohani dan bukan penyembuhan kalaupun ada kesembuhan itu hanya Kuasa Tuhan semata dan mempersilahkan orang untuk datang terus beribadah memuji Tuhan. Pihak keluarga sendiri masih terus berdoa dan bergumul akan kejadian yang dialami Wanda.
Kedua orang tua Wanda dan Wanda sendiri adalah muslim, dan Wanda tinggal di rumah kelurganya di Tagari yang Kristen.Tetapi Ibunya Wanda malam itu juga memimpin Puji2an. Sudah 2 malam ini disekitar rumah kel Wanda yang sekalian bengkel dan pendaftaran bus Sumber Alam itu dilaksanakan KKR dan Puji2an dan juga khotbah dari Wanda.
Saya sempat berbincang dengan Papa’ Apping seorang anggota Jemaat Katolik yang sudah lama sakit maaq parah dan susah untuk berjalan karena biasanya langsung keringat dingin dan kunang2. Hari Minggu 12 Juni datang dijemput pake Mobil dibawa ke Tagari untuk disembuhkan karena tidak kuat Jalan setelah Didoakan dengan sungguh kepada Tuhan Yesus dan juga melalui Doa Bapa Kami sambil memuji Tuhan dengan lagu”Allah Kuasa” dan ” Bilur- BilurNya” tak lama kemudian sudah merasa ringan dan pulangnya sudah jalan kaki sendiri serta Hari Senin itu kami lama berdiri bersama memuji Tuhan.
Saat ini banyak pendapat dan persepsi yang berbeda dari masyarakat , akan tetapi saya ingat ayat dari Filipi 1 : 18, 19
1:18 Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita,
1:19 karena aku tahu, bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus.”
Berikut saya Copykan obrolan saya via chat YM dengan Bpk Acis tadi pagi tentang hal-hal seperti ini
Francois P Tomasoa: Kita sebaiknya JANGAN TERPANA hanya dengan KESEMBUHAN ITU dan kalu sudah tidak ada kesembuhan lantas NILAI SPIRITUALISME nya hilang...jangan
Francois P Tomasoa: seharusnya kita bersyukur..MELALUI BEBERAPA KESEMBUHAN begitu banyak mata yang buta dapat melihat lagi..melihat Firman Allah yang hidup
Yaya' Rundupadang: kemarin di Tagari kami kebaktian
Francois P Tomasoa: Juga melalui MEKO ada SATU BAHASA..bahasa CINTA kerinduan beribadah bersama
Yaya' Rundupadang: benar.. apalagi disini sekarang gereja2 di kampung sudah penuh2 terus
Yaya' Rundupadang: malah ditambah jam kebaktiannya
Yaya' Rundupadang: semoga yang lebih dipulihan kehidupan rohani atau spiritualitas kita semua.
Salama’ na Puang Matua mo ra Tontong UmPassake ki’ sia tontong Urrondongki’ lan mintu’ Allo Katuoanta
Yaya’ Rundupadang
Friday, January 11, 2008
Ibadah Syukur kesembuhan dari Meko
Doa Tuang Guru Samuel yang terjawab…
Kecamatan Masanda ini adalah Kecamatan pemekaran baru yang juga satu Klasis pelayanan yang terdiri dari 10 Jemaat lebih dan terdiri dari 1000 kk dan hanya dilayani dua Pendeta , apabila di daerah atau kampung lainnya di Tana Toraja setelah jalanan dirintis dua atau tiga tahun jalannya sudah berangsur bisa dilalui mobil angkutan kijang atau truck, tetapi di Masanda ini setelah lebih 10 tahun jalannya dirintis hanya mobil Hardtop (4WD) saja yang bisa menjangkau sampai saat ini , sedangkan kondisi masyarakat pada tahun-tahun yang lalu masih ada yang terikat kepada Ijon yang memberikan pinjaman tetapi pada saat panen kopi tiba hasilnya untuk membayar Ijon begitu seterusnya, juga masyarakat di Perbatasan masih sering mengadakan sabung Ayam, Tetapi kondisinya saat ini sudah mulai dan diharapkan bisa berubah dengan akan dibukanya jalan, sekolah, serta kerja keras dan kerja sama Pemerintah, Pelayan dan masyarakat disana untuk mengubah pola pikir ke arah yang lebih maju dan meningkatkan kesejahteraan .
Persiapan perjalanan ke Masanda kali ini cukup singkat. Setelah beberapa kali koordinasi via sms dan chating dengan ibu NN untuk mengidentifikasi kebutuhan jemaat dan merancang & membantu menyiapkan perjalanan. Oleh pengasihan Tuhan melalui beberapa hambaNya yang terbeban dari Jatiwaringin berhasil disiapkan 100 Alkitab baru dan lama, Kidung Jemaat, PKJ, kantong psrsembahan, renungan harian, Buku2 Khotbah, pakaian layak pakai, obat-obatan, surat2 akta.
Sabtu 17 November pagi ibu Esther Dalipang yang asli Menado tetapi malah rajin ke pelosok toraja lebih dari orang toraja sendiri dan sudah terjun ke pelosok-pelosok Sumatra dan Kalimantan sudah tiba di Rantepao Tana Toraja , jam 10 pagi Team kecil menuju Bittuang, dari sini setelah makan siang kami berangkat ke lokasi yang walaupun mencarter Hardtop 4x4 tetap terjebak atau bernafas dalam lumpur lebih dari 30 menit di daerah puncak.
Jemaat pertama yang kami singgahi yaitu Jemaat Kalvari Puncak dan menyerahkan Alkitab, Kidung Jemaat, Renungan Harian dan surat2 akta Baptisan, Sidi, nikah, kepada beberapa Majelis Gereja yang menerima dengan penuh sukacita. Dari sini hujan sudah mengguyur sampai kami tiba di Jemaat Paku sedangkan Bpk Pdt Wahyu basah kuyup karena tetap naik motor dan belum memiliki mantel , kami menyerahkan bantuan yang diterima Kepala Lembang yang adalah juga Majelis Gereja. Sepanjang jalan Hardtop kami sering miring sampai 45o dan penurunan terjal yang dipenuhi batu-batu besardan licin sampai-sampai Ibu Esther meminta turun dari mobil saja tapi tidak diizinkan Payung sang Driver karena hujan deras.
Pukul 17.00 baru kami sampai di Belau di rumah Mamak Yadir tempat Pak Pdt biasa menginap, saking capeknya setelah perjalan Marathon Jakarta Makassar Rantepao Belau dan masih ditambah hujan Ibu Esther yang sudah berpengalaman juga dua kali ke Simbuang langsung istirahat total sampai lupa makan malam.
Hari Minggu 18 November setelah mengelompokkan Alkitab bantuan lengkap dengan Kidung Jemaat dan renungannya per Jemaat, dengan melihat kondisi di Klasis Masanda ada 10 jemaat lebih yang dilayani hanya 2 Pdt, maka kami bersepakat membagi diri, Bpk Pdt Wahyu melayani Sakramen Baptisan Kudus yang di Jemaat Intab di bukit yang ditempuh hampir 2 jam jalan kaki, Ibu Ester bersama Ibu Pdt Andi’ Kaluppini’ ke Jemaat Bamba, Berna yang mahasiswi STAKEN Rantepao memimpin ibadah di Jemat Belau, sedangkan saya ke Jemaat Salupuang.
Dari 100 Alkitab yang dibawa kami bagi masing-masing 10 Alkitab tiap Jemaat bahkan Jemaat- Jemaat yang terakhir dikunjungi hanya mendapat 5 atau 2 Alkitab saja. Di Jemaat Salupuang dari 64 KK hanya 10 KK lebih yang memiliki Alkitab setelah kami berikan 10, masih 30 KK yang sama sekali belum memiliki Alkitab, setelah ibadah dan perbincangan dengan Jemaat yang diselingi lagu-lagu Pujian Meko, kemudian Alkitab dibagikan yang juga diterima Ferdy siswa SMA Belau dengan sukacita karena setiap akan memimpin ibadah disekolahnya selalu meminjam Alkitab ketua Jemaat, walaupun Alkitab yang diterimanya sudah tidak baru lagi. Jemaat ini rindu memiliki organ sederhana yang harganya sejutaan, sedangkan dananya sudah Rp 500 ribuan.
Di Jemaat Paku Majelis Jemaatnya mempunya trik tersendiri membagi Alkitab yang terbatas ini, Mereka bertanya” Siapa yang mau membeli Alkitab seharga Rp39.000 dan Jemaat yang memang rindu mengangkat tangan dan langsung dibagikan, setelahnya baru disampaikan kalau Alkitab yang terbatas ini dibagikan gratis oleh saudara seiman dari Jakarta.
Siang setelah ibadah kami kumpul kembali di Belau dan langsung kedatangan warga yang sakit atau meminta obat karena sebelumnya di geraja kami sudah umumkan bahwa ada obat yang juga disumbangkan seperti obat batuk, diare, paracetamol, ctm dll karena di kecamatan ini hanya ada 1 Puskesmas pembantu yang belum menjangkau seluruh masyarakat karena kondisi jalan dan jarak yang jauh . Obat tersebut kami tinggalkan di Kepala Lembang Belau Utara setelah sebelumnya diidentifikasi jenis , khasiat serta aturan minumnya.
Besoknya di Balai Desa ada Rapat Pemberantasan buta huruf yang juga diikuti Team, setelahnya baru melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki 6 jam ( yang pasti sudah lebih dari 10.000 langkah seperyi yang sering dianjurkan di tv) ke Pondingao’ yang berbatasan langsung dengan Mamasa karena memang tidak ada kendaraan dan jalanan yang lebih pantas dikatakan sungai kering karena berisi batu-baru besar yang sedangkan motor saja sulit melewatinya , sorenya baru tiba di Jemaat Ratte yang kemudian malamnya diadakan KPI dadakan karena hanya sebentar saja Gereja sudah dipenuhi Jemaat sangat rindu bersekutu memuji Tuhan.
Setelah bermalam, Selasa pagi rombongan masih meneruskan ke Jemaat-Jemaat sekitar yang masih bisa di jangkau, seperti Bamba Ratte, Pao, Bau . Sedangkan Jemat yang ada di sebelah dan sebelahnya gunung lagi seperti, Pawwan, Pana’, Rembo’-Rembo’ dan lainnya belum terjangkau mungkin di lain waktu kalau ada yang berniat membantu dan Tuhan berkehendak. Setelah 4 hari 3 malam Tim Pulang menggunakan ojek (efisiensi) dari Ratte ke Bittuang, Ulusalu, Rembon, sampai Makale sorenya.
Pelayanan yang sangat singkat dan terbatas ini sangat membawa sukacita bagi masyarakat yang sudah sangat senang apabila dikunjungi terlebih kalau ada lagi saudara-saudara seiman yang terbeban untuk sesekali menyalurkan persembahan atau perpuluhannya ke daerah pelosok tidak selalu dengan uang, tetapi dengan Alkitab baru/ lama, Kidung- Kidung Pujian, Buku2 Rohani , Saat Teduh/ Renungan lama , pakaian layak pakai, Obat-obatan, Buku Petunjuk Peternakan dan Pertanian , mendatangkan pembinaan-pembinaan dari Motivator atau Penyuluh , mendatangakan Pengobatan , membantu menyelenggarakan KPI, bukan untuk menjadikan mereka sebagai obyek bantuan tetapi berbuat bagaimana memberikan perhatian dan memberdayakan saudara kita disana untuk lebih maju , tidak atas nama siapa atau lembaga manapun tetapi tulus dari pribadi- pribadi yang mau membantu dan hanya untuk kebesaranNya, sehingga lebih banyak lagi dari Doa-doa yang terjawab seperti kesaksian Ferdy, Tuang Guru Samuel dan yang lainnya. (yr)
Alternative weekend di pelosok Toraja Barat ( Masanda)
Kalau miliser di jakarta weekendnya ke Puncak Anyer atau Bandung, yang di Surabaya ke Malang, Batu, Tretes, di Toraja juga sebenarnya banyak tempat yang bisa dikunjungi selain obyek yang sudah lazim seperti Londa, Ke’te’ Kesu’, Makula’ dan sebagainya. Salah satu yang menarik adalah berwisata arung jeram di sungai Mai’ting dari Dende’ ke Tapparan yang di operatori Arus Liar yang sudah berpengalaman internasional yang menurut saya jauh lebih menarik, dari segi panorama, kesejukan dan lebih beragam flora dan fauna yang ditemui dibanding yang di citarik, citatah sukabumi atau yang di Probolinggo Jatim. Kalo yang di Bali belum tau karena belum pernah. Kalau ada miliser yang pulang kampung dan ingin mencoba bisa dengan tarif wisatawan lokal lebih murah dari tarif tourist manca negara.
Namun yang saya akan ceritakan disini adalah pengalaman alternative weekend saya ke salah satu daerah terpencil di Toraja yaitu kecamatan Masanda yang berbatasan langsung Kecamatan Tabang Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat. Sekedar info Daerah pelosok lainnya si Toraja adalah Simbuang Mappak , Baruppu’, Sapan Pulu’-Pulu’, Awan, Uluway Mengkendek , Bongga Karadeng, Karonanga di Sa’dan Ulusalu atau masih ada lagi silahkan ditambahkan..yang bisa jadi pilihan untuk wisata Offroad, Trekking, Hiking, Mountain Bike, atau untuk misi Pelayanan.
Sabtu 4 Agustus Kemarin Jam 1 siang kami berangkat dari Rantepao berdua dengan seorang kawan Pdt Wahyu Parrangan naik motor dengan cuaca mendung mengambil rute ke Makale karena saat ini Poros Madandan Rantetayo sedang rusak berat. Dari Makale terus ke Rembon, Ulusalu , sampai di Parodo pukul 14.30 ( konon jalan di daerah ini sebelumnya tanjakan dan rusak berat sehingga kalo naik kendaraan serasa digoyang= dirodo, makanya dinamai Parodo) hujan deras mengguyur kami berteduh di warung yang memang sering menjadi tempat persinggahan menikmati kopi asli robusta dan ragam kuliner seperti Sokko’ Pipi’ lengkap dengan sambalnya, Baje’ Parodo yang seperti Baje’ Paredean tetapi dikemas lebih kecil dan menu ayam goreng kampung lengkap dengan sop panasnya sungguh nikmat di tengah hujan dan ditimpahi suara air sungai bittuang didepan warung, jauh berbeda dari makanan siap saji atau food court di mall;-)
Sambil menunggu hujan reda kami ngobrol dengan Herman penduduk Belau yang berprofesi sebagai tenaga penyuluh peternakan yang punya keahlian mengawinkan kerbau yang walaupun salah satunya atau bahkan jantan dan betina bukan kerbau belang kemungkinan dari beberapa anaknya bisa jadi tanda( bonga/ belang) tanpa bisa dijelaskan secara ilmiah faktor apa yang berperan. Namun memang sudah terbukti kebanyakan kerbau belang di Tana Toraja berasal dari Toraja Barat.
Pukul 15.30 kami kembali melanjutkan perjalanan ke Se’seng terus ke Bittuang dengan kondisi jalan aspal sudah hampir sampai di Bittuang yang beriklim dingin dan berangin, suasana tempat ini seperti di kota Pangngala’ dan dari sini juga kearah kanan ke daerah Awan ke perkebunan besar Kopi Sulatco ( katanya dulu milik keluarga cendana). Kalo kita mau naik ke gunung Bromo biasanya kita menyaksikan banyaknya kendaraan Landcruiser hardtop untuk bisa menyaksikan sunrise di Penanjakan. Begitupun di Bittuang begitu banyak Toyota hardtop yang adalah transportasi satu-satunya di kecamatan Masanda mengangkut hasil kopi setelah hilangnya transportasi kuda ( tengnge’)
Kami mengambil jalan lurus kearah Pali’ jalanan sudah mulai dikeraskan dari Pali ini jalan bercabang dua yang ke kiri kearah Bau, Ratte, Rembo’- Rembo’ sedangkankan lurus kearah Belau, Pondingao’, Pawwan sampai ke jembatan sungai Massuppu’ perbatasan Sulawesi Barat yang sudahada masterplannya akan dibuat Jalan Provinsi yang akan jadi jalur utama dari Palu, Kalimantan melalui Mamuju.
Selepas Pali jalanan sudah sangat parah seperti jalan-jalan proyek di pedalaman Kalimantan apalagi hari itu habis hujan, dari Pali ke arah Puncak sangat terjal tanjakannya dan karena tanahnya tanah merah jadi sangat licin dan berlumpur dalam, kata kawan saya yang dibutuhkan disini harus pintar jatuh!!, kami beberapa kali parkir motor untuk survey jalanan di depan jangan sampai sudah jalan dan jalannya terpotong tidak ada sambungannya lagi yang memaksa kita untuk mengangkat motor , namun dari sini sudah sangat sejuk karena disisi jalanan dipenuhi Pohon pinus dan pemandangan yang indah sejauh mata memandang ke lembah dan bukit sekitar.
Pukul 18.00 kami sampai ke dusun Puncak dan singgah di rumah penduduk yang sangat antusias dan sukacita menerima buku-buku renungan harian bekas dan buku cerita anak-anak titipan dari kota, kemudian kami meneruskan perjalanan di kegelapan hanya dengan penerangan lampu motor, kondisi jalanan disini seperti sungai yang kering berisi batu-batu kali yang mudah lepas sehingga motor dipastikan akan selalu kandas . Sedangan listrik terbatas yang masuk ke rumah penduduk berasal dari Turbin Lokal swadaya masyarakat dan Turbin bantuan JICA Jepang. Kami akhirnya sampai di Lembang Belau pukul 19.30 dengan kondisi 3 lapis baju dan Jaket Pak Pendeta basah kuyup dengan keringat, dan langsung ikut kumpulan untuk perencanaan pemberkatan warga jemaat dan malamnya kami nginap di salah satu rumah penduduk tempat Pak Pdt meyimpan baju hitam kebesaran Pendeta dan buku liturgi khusus untuk sakramen2 khusus.
Mata pencarian utama masyarakat Masanda adalah bertani kopi, coklat , selain itu yang cocok ditanam adalah buah Markisa dan Terung Belanda( Tamarilla), Labu, akan tetapi pemasarannya masih sulit selain karena infrastrukur jalan yang masih belum ada, alangkah indahnya apabila suatu saat dibuat agrowisata seperti di Batu Malang. Hal lain yang sangat sulit di daerah ini adalah pelayanan kesehatan, Puskesmas hanya ada di Bittuang dan Pustu yang baru diremikan Bupati di Ratte, sedangkan transportasi mobil hadrtop dari Pondingao’ ke Bittuang bisa sampai Rp 100.000. Saya sempat berbincang sengan seorang Ibu yang mempunyai bayi berumur 1 bulan tetapi belum dimunisasi karena tidak ada petugas medis disana.
Paginya saya ikut Pak Pdt Wahyu yang juga ketua klasis Masanda dengan motor yang adalah sumbangan dari salah satu anggota milis toraya ini kembali ke Jemaat Kalvari Puncak karena ada pelantikan majelis Gereja sekalian Pemberkatan Nikah dari jemaat tetangganya berhubung Pak Pdt hanya seorang diri melayani 8 Jemaat , sekitar 700 KK yang jarak tiap gereja hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki, sedangkan begitu banyak pelayanan sakramen pemberkatan nikah, babtis, sidi dll .
Untuk efisiensi waktu biasanya pemberkatan nikah langsung diadakan di rumah warga jemaat karena akan mengambil waktu apabila masih harus jalan ke gereja lagi, selalu dibutuhkan penyesuaian-penyesuain dan kreatifitas di dalam pelayanan daerah terpencil
.
Di Jemaat Kalvari Puncak yang baru mandiri ini ada 50 KK dan dalam gedung geraja hanya ada 9 bangku tua sederhana ala kadarnya yang tidak bisa menampung warga Jemaat dan lagi saya perhatikan Kitab Suci masih jadi barang yang sangat langka yang hanya dimiliki kurang dari 5 orang warga Jemaat juga kidung jemaat lebih kurang lagi. Setelah Ibadah diadakan resepsi sederhana dengan menu Pa’piong Ayam Burak yang dilanjutkan rapat pertama BPM yang baru secara lesehan dirumah seorang Majelis disamping Gereja.
Pendeta disini bukan hanya pelayan kerohanian tetapi juga mengusahakan kesejahteraan jemaatnya dengan membentuk kelompok tani sehingga saat ini sawah sudah bisa di garap 2 kali setahun dan mengubah pola pikir masyarakat untuk lebih kreatif dan maju mengejar ketertinggalan.
Setelah pamitan pukul 14.00 siang kami naik motor kembali dan tiba pukul 18.30 di Rantepao dan mengakhiri alternative weekend di Masanda yang memberikan kesan yang mendalam seperti ketimpangan pembangunan, kesederhanaan, ketulusan membantu, persaudaraan yang kental dari masyarakat yang baru dikenal, great view panorama tondokta dan istirahat yang nyenyak dengan iklim yang sejuk tidak kalah dari hotel berbintang( mungkin karena capek diperjalanan) dan pelayanan tulus oleh orang-orang tertentu yang kadangkala mendapat sedikit honor dan kadang- kadang tidak.. namun selalu dilingkupi sukacita dan jauh dari stress!
Yaya’ R
Sunday, April 10, 2005
Nasi kuning Ambon
Sunday morning masuk kantor jam 8 dari rumah dah 7.30 masih disempatin dulu singgah beli nasi kuning ambon di daerah apa yach... pokoknya dari darmo kali ciliwung ke arah jl darmo deh. Nasi kuningnya top bgt udah pake ayam, telur, ayam, abon, sambalgoreng rp 6000. Nyampe kantor kurang 3 menit ceklock upss...always last minute.
Sejam pertama di kantor pindah2 PC etc cause dah ada mapping baru buat cube , di cube baru Acnya kencang bgt harus siap2 jacket, air panas, or ntar jurus terakhir nutupin lubang ac di plafon pake pastik :)).
Kelar pindahan nyarap NASI KUNING AMBON di restroom sambil nonton acara travel n living di Hawai sarapannya nikmat bgt.
Sunday noon planningnya ke Gereja, nonton GP 500 or ke Malang
Semoga Planningnya Succes... Otre !!!
Have a nice Sunday everyone!@#$%