Kunjungan Ibu Mega kali yang kedua ini ke Tana Toraja ditandai dengan terpasangnya Spanduk sejak 2 hari terakhir sepanjang jalan dari Bandar Udara Pongtiku menuju Rantepao yang mengucapkan” Selamat Datang Ibu Megawati Sukarnoputri di Tana Toraja” dari DPC PDI, Fraksi PDI, Keluarga Besar Pongtiku ( Pongtiku diberi gelar Pahlawan Nasional pada pemeritahan Mega), GMKI, BMI, PP PPGT, Mayarakat Toraja dll.
Mulai dari subuh Kemarin Tanggal 28 Mei 2008 Tana Toraja diguyur hujan sampai pagi hari dan mendung terus bergelayut menimbulkan tanda tanya apakah pesawat Ibu Mega bisa mendarat di Rantetayo? Namun penantian masyarakat banyak sejak pukul 09.00 pagi akhirnya terjawab setelah sekitar pukul 12.15 iring-iringan Rombongan yang didahului motor, mobil patroli jalan Raya kemudian mobil dinas Bupati Mitsubishi Pajero plat DD 307 BS yang digunakan Ibu Mega tiba di Pelataran Art Center ( Pasar Lama) Rantepao.
Ketua Umum DPP PDI perjuangan ini datang di damping Theo Syafei dan Ketua DPD PDI Perjuangan Sulsel HZB Palaguna disambut dengan tari Pa’randing dan disuguhi tari Dao Bulan sebagai ucapan Selamat datang, acara yang dikemas sebagai Silaturahmi ini didahului dengan Ma’parapa’ ( Pembukaan) dengan bahasa sastra tinggi toraja memakan waktu cukup lama dan mungkin hanya dimengerti segelintir yang hadir , dan kemudian diterjemahkan singkat, dijelaskan juga disini bahwa pada Pemerintahan Ibu Mega STT Rantepao diubah mendadi STAKEN ( Sekolah Tinggi Agama Kristen).
Sambutan dari Pemda dibawakan Sekda Bpk Y.S Dalipang oleh karena Bapak Bupati hanya menjemput di Rantetayo dan mempunyai acara lain yakni Rakerda Golkar di Hotel Marannu Makale, mengucapkan Selamat Datang dan menjelaskan Tana Toraja baik Demografis maupun secara umum.
Ibu Mega yang mengenakan kemeja lengan panjang warna coklat muda bercorak , seperti biasa berpidato tanpa teks jauh dari kesan formal mengawali dengan megucapkan terimakasih karena Beliau di Tana Toraja pada Pilpres langsung pertama meraih 61 % suara dan Pilpres kedua tahun 2004 69 %.
Calon Presiden PDIP yang mengaku sering membaca buku dan menonton film tentang Toraja kemudian membuka Rahasia bahwa ia sering diundang datang ke Tana Toraja tapi karena takut menyaksian pemotongan kerbau / ma’tinggoro tedong secara langsung yang sering memuncratkan darah segar , maka baru kali ini lagi bisa hadir. Di tengah pidato beliau menunjuk ke Museum yang sementara dibangun yang berbentuk rumah toraja , Bu Mega dengan heran plus penasaran bertanya kenapa atap tongkonan gentengnya kelihatan rapi, kokoh dan tidak jatuh , lalu menanyakan kepada MC direkatkan pakai apa? Apakah lem atau paku dan bagaimana caranya?
Pertanyaan pertama yang disampaikan setelah turun dari pesawat kepada Bapak Bupati yaitu mengkonfirmasi apakah benar waktu pertama kali datang udara Toraja masih dingin dan kali yang kedua ini sudah mulai panas olehnya beliau berpesan untuk benar-benar menjaga lingkungan Hidup di Tana Toraja sehubungan dengan pemanasan Global . Bu Mega juga dari pesawat memperhatikan kalau alam Tana Toraja memang sungguh indah dan masih sangat potensial untuk dikembangkan pariwisatanya .
Beliau juga berpesan untuk menjaga budaya seperti cara memasang atap tongkonan tadi dan melestarikan tarian , Ibu mengomentari kalo tarian penyambutan tadi mirip dengan tarian penyambutan waktu ia ke Filiphina jadi dia berfikir mungkin masih ada hubungan budaya. Di luar Negri Ibu Mega sering ditanya mengenai Parawisata Tana Toraja bahkan masih banyak yang mempunyai kesan kalo masih primitive , padahal kata Ibu Mega tidak seperti itu , bahkan beberapakali beliau terpaksa berbohong untuk mempromosikan Tana Toraja.
Hal-hal kecil tidak luput dari perhatiannya yaitu sepanjang jalan dari Bandar Udara Pongtiku ke Rantepao beliau banyak melihat Ubi Jalar ( Sayur Babi) dan menanyakan apa bahasa torajanya ubi jalar yang disahuti masyarakat Utan Bai, diteruskan dengan kursus singkat bahasa toraja Ibu Mega kepada MC, dan Bu Mega menyampaikan bahasa Toraja itu susah tetapi harus tetap bangga dan mempertahankan bahasa Daerah karena merupakan ciri Khas suatu daerah, Dijelaskan arti singkong= dua’ kayu, talas= samonggo, sukun= ba’ka , Ibu berharap supaya tanaman –tanaman ini juga dikembangkan selain Padi karena melihat Tana Toraja yang subur.
Diakhir pidatonya Ibu Mega menyatakan dia datang kali ini bukan yang pertama dan bukan yang terakhir karena melihat masih banyak potensi seperti tanah yang subur dan pariwisata yang perlu dipromosikan dengan baik , dan salah satu kendalanya adalah transportasi.
Silaturahmi singkat ini ( kurang lebih satu jam) ditutup dengan doa syukur oleh Sekum BPS Gereja Toraja Pdt musa Salusu, MTh yang terlebih dahulu meminta izin Mega : “ saya mengetahui Bu Mega dan Pak Palaguna beragama Islam tapi juga mempunyai Nasionalisme yang tinggi, sehingga Ijinkanlah kami mendoakan Ibu “ Kemudian Bu Mega tunduk, lipat tangan , tutup mata , dan didoakan semoga Tuhan menjaga dan memberikan yang terbaik Amin.
Rombongan kemudian kembali ke Rantetayo dan menuruskan silaturahmi ke Palopo. Tulisan ini bukan berdasarkan laporan pandangan mata ( tidak sempat hadir) J tapi tulisan dibuat setelah menonton liputan dari TV Lokal Toraja : Rantepao Kabelvison yang disiarkan di 7 Kecamatan di sekitar Rantepao dan juga disiarkan di TV kabel di Makale .
P.s :
Saat ini ada beberapa teman prihatin dengan anak sekolah dan masyarakat Toraja yang masih sangat rendah budaya membacanya salah satu sebabnya karena tidak ada bahan bacaan , sehingga di luncurkanlah Program Toraja Membaca, kalo ada anggota milis yang peduli dan mau membantu secara ” kongkrit” buku-buku atau majalah bekas / baru berapapun jumlahnya akan sangat berguna , bisa dikirimkan langsung untuk disalurkan. Terimakasih-
“ Banua ri na sikalangka’ , tondok ri na si kambela apa ya tu pena si kala’ rambu roya”
Yang arti bebasnya semoga milis jangan hanya sebatas ide/debat saja, tapi juga ada satu atau setengah langkah kecil saja untuk toraya, Ya mo ke…
Yaya’ Rundupadang